Menilik Novel Ayah: Perihal Kasih Sayang, Cinta, Penolakan, dan Persahabatan | #ResensiBuku
Identitas Buku
- Judul: Ayah
- Pengarang: Andrea Hirata
- Tahun Terbit: 2015
- Penerbit: PT Bentang Pustaka
- Kota Terbit: Yogyakarta
- Nomor ISBN: 978-602-291-102-9
Novel Ayah
menceritakan tentang sosok Sabari yang tangguh dalam mencinta. Baginya
mencintai bukan perkara menang atau kalah. Mencintai saja sudah cukup. Sebelum
hadirnya Purnama Kedua Belas, Marlena, Sabari tak sekalipun ingin merasakan
cinta. Ia menganggap orang yang jatuh cinta itu sudah gila. Perjuangan Sabari
dalam mengejar cinta tidak goyah sedikitpun, begitu pula dengan Marlena yang
teguh akan penolakannya. Hingga takdir mempertemukan mereka dalam bahtera keluarga,
bersama dengan Zorro anak Marlena. Sabari tulus mencintai Lena dan teramat
menyayangi Zorro. Namun, siapa sangka yang terjadi selanjutnya.
Sanggupkah
Sabari menjadi sosok ayah yang luar biasa bagi Zorro?
Akankah Sabari mampu
bertahan dengan realita yang dihadapinya?
Bagaimana cara Tamat dan Ukun
membantu Sabari yang sudah kehilangan cahaya hidupnya?
Menilik Novel Ayah yang Unik
Jika ingin masuk ke
dunia novel yang dapat membuat suasana hati berubah mulai dari merasakan
tangis, tawa, jengkel, terharu, iba, dan perpaduan dari semuanya, Pak Cik
berhasil mengemasnya dengan apik dalam novel Ayah. Novel ini mengusung tema
yang kuat yakni perihal arti kasih sayang, perihal cinta dan penolakan yang tak
pernah padam, dan perihal persahabatan yang saling menguatkan. Pak Cik memilih
sudut pandang orang ketiga dan alur campuran untuk menghidupkan cerita.
Beberapa tokoh berkarakter unik dalam cerita ini adalah Sabari, Zorro, Marlena,
Tamat, dan Ukun.
Pak Cik mengambil
latar cerita di berbagai tempat dan waktu. Ditinjau dari latar tempatnya, ada
di daerah Belitong, Sumatera Selatan, dan Australia. Selain itu, latar waktu
ceritanya tahun 1980-an hingga tahun 2013. Dalam menghidupkan cerita novel ini,
Pak Cik menggunakan gaya penulisannya yang khas, yakni penggunaan dialek melayu
yang dipadukan dengan gaya bahasa perbandingan (personifikasi, metafora,
simile, dan hiperbola).
Dikenal dengan penulis
yang banyak melahirkan karya dengan sejuta amanat, Pak Cik menyuguhkan 4 poin
utama di Novel Ayah yang ditangkap peresensi, diantaranya:
- Mencintai bukan persoalan terbalas atau tidak. Mencintai itu saja sudah cukup, karena akan berbuah kasih sayang.
- Teruskanlah menebar hal baik, walaupun kecil, karena itu tetaplah kebaikan.
- Cinta searah memang tindakan bodoh, tapi siapa yang akan tahu bagaimana akhirnya.
- Persahabatan bukan hanya sebuah kata, melainkan makna yang tak terkira.
Penilaian Novel dan Simpulan Akhir
Setelah membaca
keseluruhan novel, saya memberikan
rating (9/10). Novel ini berhasil mengaduk emosi pembaca dan terbawa di
setiap plot dari tiap tokoh utama maupun pendukung. Sebagai pengagum karya Pak
Cik, novel ini saya anjurkan untuk dibaca, diulas, dikoleksi, dan tak lupa
disayang. Hal ini dikarenakan, plot yang manis, karakter tokoh yang menarik,
dan jutaan amanat di dalamnya yang berhasil dikemas Pak Cik dengan bahasa yang
indah. Novel ini penuh kejutan, sesederhana itu.
Bermain dengan plot
campuran, memang sedikit membingungkan pembaca di awal, namun itu yang
menjadikan novel ini seru dan menantang. Pak Cik menuntun dan memberi ruang
untuk imajinasi pembaca. Kita dapat berpikir dan menelaah jalan cerita yang
disuguhkan. Sungguh menantang, bukan?
Ayo tenggelam bersama dengan cerita seru
di Novel Ayah!
Siap?😊

Komentar
Posting Komentar